Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

EVALUASI DAN PRESTASI



EVALUASI DAN PRESTASI BELAJAR

  1. Prestasi Belajar
1.      Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. [1]
Cronbach mengemukakan bahwa learning is shown by change in behaviour as a result of  experience (belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan  tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman). Sedangkan, Geoch, mengatakan : “Learning is a change in performance as a result of practice”(belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek).[2]
Definisi belajar dapat ditinjau dari sudut pandang yang berbeda-beda, diantaranya: 1). Kuantitatif ,(ditinjau dari sudut jumlah, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa. 2). Institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari.  Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai proses mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar, semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor. 3) kualitatif (tinjauan mutu) ialah arti-arti memperoleh pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya fikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.[3]
Pada dasarnya belajar ialah tahapan perubahan perilaku siswa yang felatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Sumadi Suryabrata menyimpulkan bahwa belajar itu membawa perubahan yang terjadi karena adanya usaha dan mendapatkan keterampilan baru.[4]
Slameto mendefinsikan, belajar  ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[5] Seseorang itu belajar karena interaksi dengan lingkungannya .belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar adalah sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia  seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha sadar dalam perubahan tingkah laku, yang terjadi karena hasil pengalaman-pengalaman baru sehingga menambah pengetahuan yang ada di dalam diri seseorang.
Belajar dalam Perspektif Islam
            Dalam prespektif Islam tidak di jelaskan secara rinci dan operasional mengenai proses belajar (belajar), proses kerja sistem memori akal dan proses dikuasainya pengetahuan dan ketrampilan manusia. Namun Islam menekankan dalam signifikasi fungsi kognitif (akal) dan fungsi sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk belajar sangat jelas.  Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 78:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya : ”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
            Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa  ragam alat fisio-psikis dalam proses belajar yang terungkap dalam beberapa firman Allah SWT adalah sebgaai berikut :
a.       Indera penglihat (mata), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual.
b.      Indera pendengar (telinga) yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal.
c.       Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan, ranah kognitif.
            Selain itu dalam beberapa ayat Al-Qur’an juga terdapat kata-kata kunci seperti ya’qilun, yatafakkarun, yubshirun, yasma’un dan sebagainya terdapat dalam Al-Qur’an merupakan bukti betapa pentingnya penggunaan fungsi ranah cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengetahuan. Dari kata kunci tersebut Kegiatan belajar   menurut Islam dapat berupa menyampaikan, menelaah, mencari, dan mengkaji, serta meniliti.[6]
            Sedemikian pentingnya arti belajar, terutama dalam menuntut ilmu. Didalam Al-Quran dan Al-Hadist  banyak dijelaskan mengenai hal tersebut. Salah satu surat yang berkaitan tentang belajar adalah dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5 sebagai berikut:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
            Ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia tanpa belajar, niscaya tidak akan dapat mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan untuk kelangsungan hidupnya di dunia dan akhirat. Pengetahuan manusia akan berkembang jika diperoleh melalui proses belajar yakni dengan membaca dalam arti luas, yaitu tidak hanya membaca tulisan melainkan membaca segala yang tersirat didalam ciptaan Allah SWT. Demikian, Dr. Moh. Fadil Al-Djamaly, dalam menginterpretasikan Surat Al-‘Alaq diatas.[7]
2.      Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.[8]
Winkel (1996) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.[9]
Benyamin S. Bloom, prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif terdiri atas : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.[10]
Pengertian prestasi belajar sendiri menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah hasil yang diperoleh berupa kesan – kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka.[11]
Slamento Abdul Hadis mengatakan bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu dalam memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungannya.[12]
Menurut Muhibbin Syah (2008) prestasi belajar adalah keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.Sedangkan menurut Taulus Tu’u (2004) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka ynag diberikan oleh guru.[13]
Jadi, prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut :
a.       Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran disekolah.
b.      Prestasi belajar tersebut terutama dinilai oleh aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintes dan evaluasi.
c.       Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya. 

Ada sebuah metode yang sangat bagus tentang bagaimana caranya orang  untuk meraih sukses atau prestasi yang disampaikan oleh Ust . Ahmad Yani . Beliau menuliskannya dalam sebuah artkel yang diringkas sebagai berikut: Untuk meraih prestasi yang optimal, ada tiga syarat yang harus dilakukan yaitu:
a.       Niat ( Sugestivitas )
Niat yaitu tekad mencapai sesuatu disertai dengan perbuatan. Didalam mencapai sesuatu, niat merupakan kunci utama untuk mencapai keberhasilan atau kesuksesan sesuatu yang sedang dikerjakan, karena manusia tanpa tekad dan optimisme yang tinggi maka segala sesuatu yang ia capai tidak akan mempunyai manfaat apa-apa bahkan gagal, karena yang ada pada dirinya rasa tidak yakin atau percaya ( pesimis ) akan keberhasilan sesuatu yang ia kerjakan.
Jika manusia mempunyai rasa tidak yakin keberhasilan sesuatu yang dikerjakan sedangkan Allah selalu mengkabulkan sesuatu sesuai dangan yang ia niatkan maka ia sudah berburuk sangka ( Su-udzzon  ) terhadap Allah. Didalam hadits Qudsi, Allah berfirman: “ Aku tergantung pada prasangka hambaku ” (Niat-sugesti ) terhadap diriku dan Aku selalu bersamanya apabila ia selalu mengingatku”.Dalam Hadits lain Nabi bersabda : “ Bahwa segala sesuatu perbuatan harus dilandaskan dengan niat dan perbuatan itu sesuai dengan apa yang diniatkan ” ( HR.Bukhari Muslim ). ” Perbuatan seorang muslim  yang dilandasi dengan niat lebih baik daripada perbuatan yang tanpa niat ”.
b.      Doa
Sesudah manusia niat mengerjakan sesuatu dan mempunyai rasa optimis (Husnu dzon) terhadap Allah, maka manusia dituntut untuk berdoa memohon diterima segala apa yang ia kerjakan karena Allah Maha Kuasa sedangkan manusia makhluk yang sangat lemah yang selalu tergantung kepada-Nya.
Sebagai makhluk Allah yang lemah, manusia sangatlah sombong jika tidak mau berdoa, Allah sangatlah murka terhadap orang-orang yang sombong. Tuhanmu berfirman: " Berdoalah kepadaku pasti Aku perkenankan ”. " Dan orang-orang yang sombong (tidak mau berdoa) kelak mereka akan masuk ke-neraka Jahanam secara hina ” ( Al-mukmin:60 ). ” Dan apabila hamba-hambaku menanyakan kepadamu tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat . Aku memperkenankan permohonan ( Doa ) seseorang bila ia memohon kepada-Ku. Karena itu hendaklah ia mentaati segala perintahku dan beriman kepada-Ku semoga ia selalu dalam kebenaran ” ( Al-baqarah:186 ).
Doa yang dikabulkan oleh Allah adalah doa yang dilakukan dengan Ikhlas, Khusyu penuh Tawadhu (Rendah hati), yakin akan diterima dan dilakukannya sesuai dengan tatacara doa yang baik. ” Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara lembut (khusyu). Sesungguhnya Allah tidak menyenangi orang-orang yang berlebihan “ ( Al-a’rof:55 ). ” Padahal mereka tidak diperintahkan sesuatu melainkan untuk beribadah kepada Allah dengan Ikhlas (tulus) dan Tekun ” ( Al-bayyinah:5 ). Menurut Ahli tafsir : Berdasarkan ayat diatas semua permohonan (doa) hamba Allah pasti diterima, Cuma cara Allah mengabulkan doa hambanya berbeda-beda. Ada tiga cara Allah mengkabulkan doa hambanya.
c.       Ikhtiar (berusaha)
Berusaha merupakan syarat untuk tercapainya sesuatu, tanpa usaha tidak mungkin akan tercapai sesuatu karena qudrat ( kehendak ) Allah, yang baik atau yang buruk yang telah ditentukan kepada manusia tergantung usaha manusia itu sendiri mau yang baik atau yang buruk dan kesungguhan mereka dalam berusaha.
”Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib sesuatu kaum kecuali mereka sendiri yang merubahnya “ ( Ar-ra’d:11 ). ” Tidaklah sama antara orang-orang mukmin yang tidak turut berperang yang tidak ada halangan dengan orang-orang yang berjihat dijalan Allah dengan harta dan jiwa.  Allah melebihkan orang-orang yang berjihat dengan harta dan jiwa satu tingkat ” ( An-nisa:95 ).
Kemudian ada sebuah Trik yang sangat bagus juga yang dirumuskan oleh seorang pendaki gunung yang berhasil mencapai puncak Everest (gunung tertinggi di dunia yang terletak di pegunungan Himalaya) John Ammat, bekas seorang guru. Beliau merumuskan pengalaman suksesnya dalam menaiki puncak gunung Everest yang banyak dibanggakan setiap pendaki. Pengalaman ini bisa diimplementasikan oleh semua orang yang ingin meraih prestasi puncak dalam bidang apa saja. Dia telah merumuskannya pada sebuah kata ADVENTURE berupa singkatan dari Achievment, Dream, Value, Excel, Never, Trust, Understanding, Risk dan Exude. Berikut ini akan saya bahas satu persatu.
d.         Achievment (Prestasi)
Untuk meraih prestasi puncak kita butuh sebuah pernyataan tentang hasil atau kinerja yang ingin diraih oleh kita. Definisikanlah prestasi puncak yang ingin diraih oleh kita di masa yang akan datang. Dengan jelasnya prestasi puncak yang ingin diraih maka akan mudah mengarahkan segala rencana dan aktivitas kita. Dan usaha kita akan lebih terfokus dan menimbulkan motivasi yang baik untuk meraih prestasi puncak.
e.       Dream (Mimpi)
Ini merupakan perluasan dari Achievment dimana Dream ini diartikan sebagai sebuah mimpi yang tinggi bagi setiap orang. Dream ini harus dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan sebuah prestasi puncak. Bahkan banyak ilmuwan-ilmuwan menemukan sesuatu berawal dari sebuah mimpi. Maka bermimpi besarlah untuk menjadi besar, bermimpi sukseslah untuk menjadi sukses, bermimpi kayalah untuk menjadi seorang dermawan. Jangan sampai kita termasuk ornag yang takut untuk bermimpi, padahal mimpi ini tidak dilarang bahkan bisa dilakukan sekehendaknya. Untuk mendapatkan mimpi yang positif maka carilah input aatau informasi tentang orang-orang sukses, maka input tersebut akan menstimulasi mimpi kita. Yang harus dihindari adalah mimpi yang negatif yang akan merusak tatanan kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
f.       Value (Nilai)
Maha suci Allah dengan segala firmannya dalam Al-quran, semua yang terkandung didalamnya merupakan ajaran yang sangat sempurna yang mengandung nilai-nilai kesuksesan hakiki yang dapat mengantarkan kita kepada kebahagiaan kekal di akhirat. (nilai versi Al-quran).Ada nilai-nilai Islam yang sudah diformulasikan sederhana oleh KH. Abdullah Gymnastiar khusunya bagi para pemimpin adalah Jujur, Inovatif kreatif dan Profesional. Ketiga nilai ini harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar bisa memimpin orang lain dengan sukses.

g.      Excel (Keunggulan)
Pastikan potensi yang ada dalam diri kita bisa kita timbulkan dan dikembangkan menjadi kekuatan yang dahsyat yang dapat membedakan diri kita dengan orang lain, tentunya beda disini sebagai kekayaan dalam sebuah team yang dapat bekerjasama dan memadukan potensi menjadi peran masing-masing dan menghasilkan keunggulan pribadi yang bisa membanggakan dan dapat dipergunakan untuk meraih sukses tertinggi. Kita harus percaya bahwa Allah Swt telah menciptakan kita dengan potensi yang luar biasa. Tidak ada satupun manusia yang tidak diberikan kelebihan dan keunggulan. Walaupun mungkin secara penampilan fisik kurang mendukung. Semakin banyak keunggulan yang kita miliki dan dikenali maka akan semakin mudah untuk mendapatkan kesuksesan puncak.
h.      Never (Tidak Pernah)
Optimisme, itulah yang tepat untuk mendefinisikan kata Never. Hal ini banyak menyangkut faktor psikologi kita, jangan pernah biarkan rasa keputusasaan bersemayam dalam diri dan hati kita, teruslah bekerja keras, tidak pernah menyerah. Masalah rintangan, kesulitan, halangan. Itu adalah bagian dari ibadah yang harus dilewati. Setiap orang yang akan mendapatkan kelulusan untuk meraih prestasi, dia harus lulus ujian. Untuk menaklukan ujian kita butuh ilmu, maka sudah semestinyalah orang yang ingin meraih sukses yang tinggi, gigih belajar dan mencari ilmu dengan sungguh-sungguh sebagai bekal hidup. Apalagi didukung dengan sebuah hadis yang menyatakan bahwa  Setiap muslim dan muslimat diwajibkan untuk mencari ilmu . Dengan kata lain bahwa bila ada orang yang enggan mencari ilmu berarti dia telah melakukan dosa.
i.        Trust (Kepercayaan)
Kemampuan manusia sangat terbatas. Hanya Allah Swt saja yang sempurna dan terhindar dari segala kekurangan. Maka pandai-pandailah untuk bisa mengoptimalkankan potensi lingkungan sekitarnya terutama orang lain dalam sebuah team. Jangan pernah terbesit dalam benak kita bahwa kita bisa melakukan segalanya untuk meraih sukses, kita perlu orang lain.
Untuk meraih prestasi dengan bekerjasama dengan orang lain diperlukan sebuah kepercayaan satu sama lain, tanpa itu rasanya tidak mungkin terjalin kerjasama yang baik yang akan meghasilkan prestasi tetinggi bahkan bisa jadi malah sebaliknya akan menambah masalah dan kegagalan. Contohnya dalam sebuah keluarga seorang ayah untuk meraih keluarga yang sukses dia harus bekerjasama dengan istrinya dan anaknya, karena tanpa dukungan dan kerjasamanya tidak mungkin tercipta keluarga yang bahagia. Atau dalam manajemen perusahaan, ada pendapat seorang ahli manajemen Mary Parker (1982) bahwa manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Jelas kalau kita mengacu pada pendapatnya Mary Parker ini kita sangat butuh orang lain untuk mendapatkan prestasi puncak. Tentunya dengan kepercayaanlah orang lain dapat menjalankan tugasnya atau perannya.  Ada lagi menurut Harvey S. Firestone (1930) pendiri Firestone Tire & Rubber Company mengatakan bahwa  Hanya dengan cara kita mengembangkan orang lain yang membuat kita berhasil selamanya
j.        Understanding (Memahami)
Fahamilah diri kita sebelum melakukan apa saja, karena dengan memahami diri, kita akan dengan tepat menentukan strategi untuk meraih prestasi seperti yang disampaikan oleh Lawrence R. Jauch dan William F.Glueck (1999) bahwa sebuah perusahaan sebelum menentukan Startegi yang akan dijalankan olehnya terlebih dahulu harus menentukan tujuan perusahaan berupa visi, misi dan objektivittas kemudia analisis SWOT (Strenght(kekuatan), Weakness(kelemahan), Opportunities(peluang), Treatment(ancaman)).
Faktor kekuatan dan kelemahan ini berhubungan dengan diri atau internal sedangkan peluang dan ancaman berhubungan dengan luar diri atau eksternal. Pendapat ini bisa kita gunakan untuk meraih sukses diri kita. Kita bisa mencoba memahami dari kemampuan diri kita sebelum melakukan sesuatu. Bisa berupa kemampuan komunikasi, penampilan, emotional Quitien, Intelectual Quitien dll.            
k.      Risk (Risiko)
Ini sangat penting bagi siapa saja yang akan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan untung rugi baik dari segi finansial maupun non finansial. Karena dengan mengetahui resiko yang akan kita hadapi minimal kita akan mengetahui sebelumnya solusi untuk memecahkannya.
Yang perlu kita ingat dan sebagai pegangan adalah bahwa Allah Swt akan memberikan risiko atau musibah adalah dikarenakan ulah manusia sendiri, seperti dalam firman Allah Swt dalam Al-quran surat  Asyuura ayat 30  Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
l.        Exude (Memancarkan)
Pancarkanlah gelora semangat dalam diri kita, supaya sesulit apupun halangan dan masalahnya akan terasa mudah dan nikmat. Banyak cara agar semangat kita terus bergelora dan bisa memancarkan harapan kesuksesan. Yang perlu dijaga adalah ketulusan kita untuk meraih sukses untuk kemashlahatan ummat. Karena kesuksesan sejati adalah kesuksesan yang bisa merubah diri lebih baik, banyak manfaat bagi orang lain dan semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Terakhir sebagai motivasi untuk lebih giat meraih sukses, ada motto yang dikembangkan oleh pesantren Daarut Tauhiid adalah Meraih sukses di dunia untuk bekal di Akhirat kelak. Berikut ini ada sebuah syair yang dibuat oleh KH. Abdullah Gymnastiar pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid tentang meraih sukses.
  1. Evaluasi Prestasi Belajar
 Istilah Evaluasi atau penilaian adalah sebagai terjemahan dari istilah asing “Evaluation”. Dan sebagai panduan, menurut Benyamin S. Bloom (Handbook on Formative and Sumative Evaluation of Student Learning) dikemukakan bahwa: Evaluasi adalah pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk kemudian dijadikan dasar penetapan ada-tidaknya perubahan dan derajat perubahan yang terjadi pada diri siswa atau anak didik.
Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Kata lain yang sepadandengan kata evaluasi dan sering digunakan untuk menggantikan kata evaluasi adalah tes, ujian dan ulangan. Istilah evaluasi biasanya digunakan untuk menilai hasil belajar para siswa pada akhir jenjang pendidikan tertentu, seperti Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) yang kini disebut Ujian Akhir Nasional (UAN).
Aktivitas belajar perlu diadakan evaluasi . Hal ini penting Karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui apakah tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak.
Istilah evaluasi sering dikacaukan dengan pengukuran, keduanya memang ada kaitan yang erat, tetapi sebenarnya mengandung titik beda. Menurut Sumadi Surya brata pengukuran mencakup segala cara untuk memperoleh informasi yang dapat dikuantifikasikan. Sedangkan evaluasi menekankan penggunaan informasi yang diperoleh dengan pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan pendidikan.
Evaluasi dilaksanakan berkenaan dengan situasi sesuatu aspek dibandingkan dengan situasi aspek lain akhirnya terjadilah suatu gambaran yang menyeluruh yang dapat dipandang dari berbagai segi. Evaluasi juga dilakukan dengan cara membanding-bandingkan situasi sekarang dengan situasi yang lampau atau situasi yang sudah lewat.
Adapun aspek-aspek kepribadian yang harus diperhatikan merupakan objek di dalam pelaksanaan evaluasi tersebut, menurut Nasrun Harahap, adalah sebagai berikut:
1.         Aspek-aspek tentang berpikir, meliputi :inteligensi, ingatan, cara menginterpretasi data, pokok-pokok pengajaran, dan pemikiran yang logis;
2.         Dari segi perasaan sosialnya, meliputi: kerja sama dengan kawan sekelasnya, cara bergaul, cara pemecahan masalah, serta nilai-nilai sosial;
3.         Dari kekayaan social dan kewarganegaraan, meliputi: pandangan hidup atau pendapatnya terhadap masalah-masalah social, politik, dan ekonomi.
Aspek-aspek tersebut masih dapat dirinci ke dalam hal-hal yang lebih khusus yang disesuaikan dengan keperluan atau tujuan penilain.
  1. Tujuan dan Prinsip Evaluasi Belajar
1.      Tujuan evaluasi belajar
Pertanyaan pokok sebelum melakukan evaluasi ialah apa yang harus dinilai. Terhadap pertanyaan ini kita kembali kepada unsur-unsur yang terdapat dalam proses belajar-mengajar, yakni tujuan, bahan, metode dan penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya (Nana, 1989). [14]
Evaluasi atau penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Adapun tujuan evaluasi dapat diuraikan sebagai berikut: Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya. Memberikan pertanggungjawaban pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa.
Menurut Anas(1995), tujuan evaluasi pendidikan terdiri atas dua:
a.       Tujuan umum Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua, yaitu:
1)      Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
2)      Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. [15]
b.      Tujuan khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan adalah:
1)      Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada diri peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing.
2)      Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.

2.      Prinsip evaluasi belajar
Dalam mendesain dan melakukan proses atau kegiatan evaluasi seorang guru hendaknya mempertimbangkan prinsip-prinsip berikut:[16]
a.       Prinsip berkesinambungan (continuity)
Maksud Prinsip ini adalah kegiatan evaluasi dilaksanakan secara terus-menerus. Evaluasi tidak  hanya  dilakukan  sekali setahun  atau  persemester, tetapi dilakukan secara berkelanjutan mulai dari proses pembelajaran dengan memperhatikan peserta didik  hingga ia tamat dari institusi tersebut.
b.      Prinsip menyeluruh (comprehensive)
Prinsip ini maksudnya adalah dalam melakukan evaluasi haruslah melihat keseluruhan  dari  aspek  berfikir (domain kognitif),aspek nilai atau sikap (domain afektif), maupun  aspek  keterampilan ( domain psikomotor) yang  ada pada masing-masing peserta didik.
c.       Prinsip objektivitas (objektivity)
Maksud dari prinsip ini adalah bahwa Objektivitas artinya mengevaluasi berdasarkan  keadaan  yang  sesungguhnya, tidak dipengaruhi oleh hal-hal lain yang bersifat emosional dan irasional.
d.      Prinsip valididitas (validity)
Validitas  artinya  keshahihan  yaitu  bahwa  evaluasi  yang  digunakan  benar-benar mampu  mengukur  apa  yang hendak diukur  atau  yang  diinginkan. Validitas juga selalu  disamakan dengan  ketepatan, misalnya untuk mengukur partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran bukan dievaluasi dengan melihat nilai ketika ulangan tetapi dilihat juga mulai dari kehadiran, keaktifan dan sebagainya.

  1. Macam-Macam Evaluasi Belajar
Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Oleh karena itu, macam-macamnya pun banyak mulai yang sederhana sampai yang paling kompleks. Diantara macam-macam evaluasi tersebut adalah sebagai berikut: [17]
1.      Pre-test dan Post-test
Kegiatan pretest dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi saraf pengetahuan siswa mengenai materi yang akan disajikan. Evaluasi ini seringkali berlangsung singkat dan tidak memerlukan instrumen tertulis.Post test adalah kebalikan dari pre test, yakni kegiatan evaluasi yang dilaksanakan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.
2.      Evaluasi Prasyarat
Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pretest. Tujuannya adalah untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan. Contoh: evaluasi penguasaan penjumlahan bilangan sebelum memulai pelajaran perkalian bilangan.
3.      Evaluasi Diagnostik
Evaluasi jenis ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Evaluasi jenis ini dititikberatkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapat kesulitan.
4.      Evaluai Formatif
Evaluasi jenis ini kurang lebih sama dengan ulangan yang dilakukan pada setiap akhir penyajian suatu pelajaran atau modul. Tujuannya adalah untuk memperoleh umpan balik yamg mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis kesulitan-kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remedial (perbaikan).
5.      Evaluasi Sumatif
Ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai ulangan umum yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini lazim dilakukan pada akhir semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja. akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi.
6.      Ujian Akhir Nasional (UAN)/ UN
Ujian Akhir Nasional ( UAN ) yang dulu disebut EBTANAS ( Evaluasi Belajar tahap akhir Nasional ) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kanaikan status siswa. Namun UAN dirancang untuk siswa yang telah menduduki kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan yakni sejak SD/MI dan seterusnya.
7.      Evaluasi Penempatan
Evaluasi jenis ini digunakan untuk mengetahui kemampuan setiap siswa, sehingga guru dapat menempatkan siswa dalam situasi yang tepat baginya. Penempatan yang dimaksud dapat berupa sebagai berikut:
a.       Penempatan siswa dalam kelompok kerja;
b.      Penempatan siswa dalam kelas, siswa yang memerlukan perhatian lebih besar dalam belajar ditempatkan di depan, misalnya siswa yang kurang baik pendengarannya. Atau siswa yang  rabun dekat maka ditempatkan di belakang;
c.       Penempatan siswa dalam kepanitiaan di sekolah;
d.      Menempatkan siswa dalam program pengajaran tertentu, misalnya memilih program pengajaran atau keterampilan yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

  1. Kelebihan dan Kelemahan Tes Essay dan Objektif
1.      Tes Subjektif / Uraian
Tes subjektif pada umumnya berentuk essay (uraian). Tes bentuk essay adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.[18] Menurut Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution, tes bentuk uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes. Ciri khas tes uraian adalah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh penyusun soal, tetapi harus disusun oleh peserta tes.[19] Dalam tes uraian bentuk tesnya diawali dengan kata-kata seperti: uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, dibandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
Soal-soal bentuk uraian ini menuntut kemampuan peserta tes untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi dalam pengerjaannya.[20]
2.      Kelebihan dan Kelemahan Tes Subyektif
a.       Kelebihan-kelebihan Tes Subjektif
1)      Mudah disiapkan dan disusun;
2)      Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan
3)      Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus;
4)      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri;
5)      Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.

b.      Kelemahan-kelemahan Tes Subjektif
Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dan dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
1)      Kurang representif dalam mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan di tes karena soalnya hanya beberapa saja (tebatas);
2)      Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subyektif;
3)      Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
4)      Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilan kepada orang lain.[21]
5)      Mudah menimbulkan kecurangan dan pemalsan jawaban.[22]

3.      Tes Objektif
Tes Objektif adalah tes yang dibuat dengan sedemikian rupa sehingga hasil tes itu dapat dinilai secara objektif, yaitu dapat dinilai oleh siapapun akan dapat menghasilkan skor yang sama.[23] Karena sifatnya yang objektif ini maka tidak perlu harus dilakukan oleh manusia. Pekerjaan tersebut dapat dilakukan oleh mesin, misalnya mesin scanner.[24]

4.      Kelebihan dan Kelemahan Tes Objektif
a.       Kelebihan-kelebihan Tes Objektif
1)      Tes objektif lebih banyak mengandung segi-segi yang positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih obyektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subyektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa;
2)      Tes objektif lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi;
3)      Dalam pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain;
4)      Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subyektif yang mempengaruhi.[25]

b.      Kelemahan-kelemahan Tes Objektif
1)      Membutuhkan persiapan yang lebih sulit daripada tes esai karena butir soal atau item tesnya banyak dan harus diteliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain;
2)      Butir-butir soal cenderung hanya mengungkap ingatan dan pengenalan kembali (recalling) saja, dan sukar untuk mengukur kemampuan berpikir yang tinggi seperti sintesis maupun kreativitas;
3)      Banyak kesempatan bagi siswa untuk spekulasi atau untung-untungan (guessing) dalam menjawab soal tes;
4)      Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.[26]


DAFTAR PUSTAKA

DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Hayati,Mardia.Desain Pembelajaran.Pekanbaru:Yayasan Pustaka Riau.2009

Nana Sudjana.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:Remaja Rosda Karya.
       1989
Sardiman.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.cet.18. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
       2011
Slamento.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.cet.ke-5.Jakarta:Bhineka Cipta.
       2010
Slameto.Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi.Jakarta: Rineka Cipta. 2010
Sudijono, Anas.Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.1995
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan.Jakarta:Raja Grafindo Persada
Syah,Muhibbin. Psikologi Belajar.Bandung:Remaja Rosdakarya.2008
Syah,Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Cet.18. Bandung:Remaja Rosdakarya. 2013
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.Surabaya : Usaha Nasional,
       1994

Winkel, W.S.Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.Jakarta : Gramedia, 2007












CONTOH  EVALUASI PEMBELAJARAN IPS SD

A.    Kedudukan Evaluasi dalam Pembelajaran IPS
Kegiatan sistematik belum berusia satu abad penih ketika usaha tersebut pertama kali dilakukan oleh “rice” akhir abad 19 Tayler yang pada mulanya masih menggunakan istilah pengukuran (measurement) diganti evaluasi. Sejak itu evaluasi menguasai buku teks-teks pendidikan.
Bagi Tayler (1949), Cronbach (1963), Tayler dan Mugure (1966), Scriven (1967) dan Stake (1967) evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan nilai suatu program. Menurut Stake, evaluasi adalah pengkajian terhadap nilai setiap program pengajaran, pengkajian tersebut sangat tergantung dari nilai langsung tes yang obyektif dan atas pertimbangan yang subjektif.
Menurut Bloom dan kawan-kawan dalam buku yang terkenal yaitu handbook onformative and summative evaluation of student learning yang khusus membicarakan evaluasi hasil belajar. Evaluasi adalah pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk dijadikan dasar dalam menetapkan ada atau tidak perubahan-perubahan dan tingkat perubahan yang terjadi pada diri anak didik. Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan pengumpulan data mengenai belajar yang dilakukan secara sistematis dan menurut prosedur tertentu untuk dapat memberikan arti mengenai berbagai aspek belajar yaitu aspek perolehan dalam belajar.

Istilah Pengukuran
Menurut Popham (1975) dalam buku educationa / evaluation hal. 9 dari buku itu dia menulis “Pengukuran dalam Pendidikan hanyalah sekedar penentuan derajat yang dipunyai oleh seseorang mengenai suatu ciri tertentu”. Pengukuran ialah penentuan kedudukan, evaluasi adalah penentuan nilai menurut Popham terdapat perbedaan antara evaluasi dengan pengukuran.
Walaupun tidak selalu perlu tapi kegiatan evaluasi melengkapi kegiatan pengukuran, artinya jika seseorang guru baru melakukan pemberian angka kepada siswa maka guru tersebut baru melakukan kegiatan pengukuran dan belum kegiatan evaluasi. Jika guru tersebut kemudian memberikan arti lebih lanjut terhadap angka yang diberikan dalam arti harga dari angka tersebut barulah guru tersebut melakukan pekerjaan evaluasi secara lengkap.

Istilah Tes
Ada istilah dilahirkan oleh pendekatan pengukuran dalam studi evaluasi pengukuran lebih tua usianya dari evaluasi. Ia ada sewaktu dunia pendidikan mendapat pengaruh yang kuat dari psikologi terutama dari aliran psikomotorik. Psikologi ini adalah penjelasan dari pengaruh positivisme dalam ilmu sosial. Aliran positivisme dalam ilmu sosial dipelopori oleh Comte bapak sosioloi, tes yang digunakan sebetulnya adalah alat untuk menjaring data yang diinginkan.
Menurut Mehrons dan Lehman (1978) dalam buku berjudul “Measurment and Evaluation in Education and Psychology”, tes adalah menyatakan pemberian suatu daftar pertanyaan yang standar untuk dijawab. Evaluasi merupakan lingkaran yang paling besar menaungi lingkaran pengukuran dan tes. Pengukuran adalah lingkaran ke dua yang menaungi tes yang merupakan lingkaran terdalam.

B.     Evaluasi dan Pencapaian Tujuan Pembelajaran IPS
1.      Identifikasi Tujuan
Identifikasi tujuan adalah kegiatan yang dilakukan untuk dapat menentukan man yang dimaksud dengan tujuan dan mana yang bukan. Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan dari setiap pendidikan di Indonesia, maka setiap tujuan pendidikan yang lebih rendah harus mengacu kepada tujuna pendidikan nasional tersebut.
Tujuan pendidikan nasional dijabarkan menjadi tujuan pendidikan yang lebih rendah tingkatannya dan lebih kecil ruang lingkupnya yang dinamakan tujuan institusional. Tujuan institusional dijadikan landasan bagi pengembangan  kurikulum untuk mengembangkan tujuan yang lebih rendah lagi tingkatannya dan lebi spesifik ruang lingkupnya, yaitu :
a.       Tujuan kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang hendah dicapai oleh program kurikulum tertentu. Tujuan kurikuler mempunyai tiga aspek utama yaitu aspek perilaku, aspek isi dan aspek peserta didik.
b.      Tujuan instruksional umum (TIU)
Tujuan instruksional umum merupakan tujuan yang hendak dicapai dari suatu pokok bahasan tertentu. Tujuan instruksional dikatakan umum karena pokok bahasan yang mejadi beban dalam tujuan ini masih bersifat umum dan belum siap untuk keperluan kegiatan pengajaran di kelas. Aspek isi TIU ruang lingkupnya lebih kecil dari aspek isi tujuan kurikuler. Aspek isi TIU melahirkan pokok bahasan yang materi bahasannya masih sangat luas dan harus diuraikan lebih lanjut untuk kegiatan belajar mengajar.
c.       Tujuan instruksional khusus
Tujuan instruksional khusus (TIK) merupakan tingkatan tujuan yang terendah dalam urutan heirarki tujuan.
1)      Tujuan ini langsung berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu kegiatan belajar mengajar
2)      Tujuan ini adalah tujuan yang langsung diukur oleh suatu kegiatan evaluasi
3)      Tujuan ini merupakan tujuan yang dijadikan landasan untuk dapat menentukan apakah tujuan di atasnya telah tercapai atau tidak
4)      Tujuan ini adalah yang harus dikembangkan oleh guru untuk kegiatan yang akan dikembangkannya.

Keempat alasan tersebut memberikan kedudukan yang istimewa bagi TIK dilihat dai evaluasi. Apabila rumusan TIK dilakukan secara tepat kegiatan evaluasi menjadi lebih mudah. Tujuan instruksional khusus juga memiliki aspek siswa, perilaku dan isi dalam rumusannya. Aspek isi TIK dikembangkan dari aspek isi tujuan instruksional umum dan pernyataan isi yang tercantum dalam pokok bahasan (GBPP).
Aspek perilaku untuk TIK harus memperhatikan persyaratan pada taksonomi tujuan pendidikan. Untuk IPS persyaratannya yang utama pada tujuan ranah kognitif yaitu :
1)      Bahwa karakteristik setiap jenjang kognitif dan perbedaan yang ada diantara setiap jenjang tersebut betul-betul perlu dipahami
2)      Penggunaan kata kerja yang terukur dan operasional
3)      Suatu rumusan TIK ialah bahasa yang digunakan hendaknya bahasa yang sederhana dan tidak mengandung berbagai penafsiran.
2.      Hubungan Tujuan Instruksional Khusus dengan Soal
Soal yang dibuat untuk keperluan evaluasi belajar sangat berhubungan erat dengan instruksional khusus yang dikembangkan. Artinya evaluasi langsung menentukan apakah TIK yang kita kembangkan telah tercapai atau tidak.

C.    Bentuk-Bentuk Evaluasi dalam Pengajaran IPS
1.      Tes Bentuk Isian
a.       Wujudnya
Terdapat kekosongan dalam butir soal perlu diisi. Siswa diminta mencari sendiri bagian yang dapat melengkapi kekosongan itu.
b.      Ragamnya (jenisnya)
1)      Isian dan melengkapi
Ragam ini mempunyai ciri-ciri antara lain :
a)      Berupa pertanyaan tak lengkap
b)      Adanya ruangan / tempat untuk mengisi pertanyaan itu
2)      Pertanyaan
Ragam ini diakhiri dengan tanda tanya, siswa diminta menuliskan jawabanny dalam ruang yang tersedia secukupnya.
3)      Identifikasi atau asosiasi
Ragam ini menghendaki jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan selalu menghubungkan dengan pertanyaan pokok.
c.       Keberatan terhadap bentuk isian
1)      Sukar membuat soal yang mampu mengukur jenjang kemampuan yang lebih tinggi dari pengingatan
2)      Jawabannya sukar dipastikan sebagai satu-satunya jawaban, dengan demikian kunci jawabannya pun sangat sukar ditentukan
3)      Skornya memakan waktu lama
4)      Skornya kurang terandalkan
5)      Faktor subjektivitas itu berpengaruh dalam penilaian, jadi tidak objektif lagi.


2.      Bentuk Pilihan Alternatif
Bentuk pilihan alternatif ditandai butiran soal yang diikuti oleh dua penilaian, dan siswa diminta memilih salah satu dari padanya yang merupakan penilaian sendiri.
Beberapa ragam pilihan aternatif.
a.       Ragam benar – salah
Ragam ini berupa pernyataan yang akan dinilai sebagai “benar” atau “salah”.
b.      Ragam betul – salah
Ragam ini terdiri dari sebuah kalimat, perhitungan atau ungkapan lain yang harus dinilai betul atau salah, tergantung pada tepat tidaknya tulisannya atau tata bahasanya.
c.       Ragam ya – tidak
Ragam ini terdiri dari pertanyaan langsung yang harus dijawab dengan ya atau tidak. Bentuk ini mempunyai kesamaan dengan bentuk Benar – Salah.
Perbedaannya hanya terletak pada jawabannya yaitu pada ragam Benar – Salah, jawabannya adalah Benar atau Salah, sedangkan ragam ini jawabannya adalah Ya atau Tidak.
d.      Ragam kelompok
Ragam ini terdiri dari satu item yang tidak lengkap dengan beberapa isian sebagai pelengkap, yang masing-masingnya harus isian sebagai pelengkap, yang masing-masingnya harus dinilai benar atau salah.
e.       Ragam pembetulan
Dalam ragam ini siswa diminta untuk membetulkan setiap kesalahan dalam soal-soal dengan jalan mengganti bagian yang digaris bawah dengan yang benar.
3.      Bentuk Menjodokan
Terdiri dari serangkaian premis, serangkaian jawaban, dan petunjuk menjodohkan premis dengan jawaban-jawaban tersebut.
a.       Wujudnya
Terdiri dari serangkaian premis, serangkaian jawaban, dan petunjuk menjodohkan premis dengan jawaban-jawaban tersebut.
b.      Sistem penomoran
Tergantung pada sistem menjawab yaitu :
1)      Di lembar jawaban atau
2)      Langsung dalam buku soal
Apabila item “di lembar jawaban” yang dipakai maka baik premis maupun jawaban diberi nomor atau tanda yang membedakan premis yang diberi nomor sedangkan jawaban tidak. Di depan jawaban ada ruang untuk menuliskan nomor jodohnya.
c.       Sistem penjodohan
Ada dua sistem yaitu :
1)      Penjodohan sempurna
2)      Penjodohan tidak sempurna
Dalam sistem penjodohan sempurna, tiap satu butir dalam premis memiliki satu jawaban sebagai jodohnya. Sedangkan dalam sistem penjodohan tidak sempurna terdapat dua atau lebih butir dalam premis yang bersama mempunyai satu pasangan (jodoh).
d.      Pilihan Ganda
1)      Wujud tes pilihan ganda
Tes pilihan ganda terdiri dari : Item atau pokok soal
Berbentuk :  a. Pertanyaan pengantar
   b. Pernyataan tak lengkap
2)      Jawaban-jawaban
Berbentuk : a. jawaban yang diusulkan
  b. Pengisian / pelengkap pernyataan
Jawaban terdiri dari :
1)      Kunci, yaitu jawaban atau jawaban-jawaban yang benar, dan
2)      Distractor atau pengecoh, yaitu jawaban yang tidak benar atau yang menyesatkan
Kunci dan distractor option.
Dengan bentuk pilihan ganda :
a.       Aspek yang lebih tinggi dapat diukur
b.      Kemungkinan benar karena tebakan lebih kecil
c.       Ragam variasi / bentuk dapat dibuat banyak
d.      Jawaban tidak harus mutlak benar, tetapi dapat berupa yang paling benar atau dapat pula mengandung beberapa jawaban yang memang benar semuanya.

Beberapa kritik terhadap bentuk tes objektif pilihan ganda dan b-S
1)      Ragam jawaban yang benar
Salah satu dari kemungkinan itu mutlak benar, sementara yang lainnya mutlak salah.
2)      Ragam jawaban yang paling benar (paling baik)
Kemungkinan jawabannya benar dengan tingkat kebenaran yang berbeda. Yang paling tinggi tingkat kebenaranya itulah yang paling benar.
3)      Ragam banyak jawaban
Soal memiliki beberapa jawaban yang benar.
4)      Ragam pernyataan tak lengkap (melengkapi pernyataan)
Ragam ini sering digunakan,dibandingkan bentuk pertanyaan.
5)      Ragam negatif (perkecualian)
Ragam ini biasanya dipakai untuk bahan-bahan yang jawaban benarnya ada beberapa yang sama bobotnya, maka jawaban yang nampak “distractor” justru menjadi kunci dalam soal itu. Jawaban itu dapat berupa “yang salah sama sekali” atau yang benar tapi dengan bobot yang sangat kurang dibanding dengan yang lainnya.
6)      Ragam jawaban terpadu
Ragam ini sama dengan ragam no.3, apabila menggunakan metode penilaian (skoring) satu soal satu nilai.
a)      Jika nomor 1,2,3 benar
b)      Jika nomor 1 dan 3 benar
c)      Jika hanya nomor 4 yang benar
d)     Jika semuanya benar
Ragam ini mempunyai beberapa versi :
a)      Bentuk urutan, misalnya :
ü  Urutan kronologis suatu peristiwa
ü  Urutan rank
ü  Urutan berat jenis zat dan sebagainya
b)      Bentuk organisasi bagian
Biasanya terdapat pada bahasan, yakni mengatur urutan kalimat menjadi satu keseluruhan  yang logis. Pada bentuk ini nampak kekurangan dalam pemberian nilai karena hanya satu nilai untuk tiap soal.
Menurut wujud soalnya :
1.      Bentuk melengkapi X pilihan
Pernyataan dalam pokok soal tidak lengkap. Untuk melengkapinya disediakan beberapa kemungkinan bagian.
2.      Bentuk analisis hubungan antar – hal
Pokok soal terdiri dari dua pernyataan yang terlebih dahulu harus dinilai betul atau salah. Kalau ternyata keduanya batul, barulah diteliti dan tidaknya hubungan sebab – akibat di dalamnya.
3.      Bentuk melengkapi ganda
Pertanyaan dalam bentuk ini tidak lengkap. Kelengkapannya  memiliki beberapa unsur yang penempatannya terpisah menurut peraturan/ketentuan  yan telah ditetapkan sebelumnya.
4.      Bentuk pemakaian, gambar dan grafik
Pokok soal terdiri dari diagram, gambar atau grafik yang dijabarkan beberapa soal. Jawaban soal-soal tersebut harus dicari dalam diagram, gambar atau grafik itu.
5.      Analisis data
Pokok soal berupa suatu masalah (kasus) yang ingin dicarikan penyelesaiannya /jawabannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ischak. S.U, dkk.Pendidikan IPS di SD.Jakarta : Universitas Terbuka.2003
Nursobah, Ahmad. 2012.  Kedudukan Evaluasi dalam Pembelajaran  IPS.  http://cobah
       ajah.blogspot.com. diakses pada Senin, 8 April  2013 pukul 10.00 WIB.
Phierquinn. 2012.  Penilaian  (evaluasi) dalam  pembelajaran di SD.
       http://phierda.wordpress.com. Diakses pada Senin, 8 April 2013 pukul 10.18 WIB.
Sardjiyo, dkk. 2008. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Karuniayeni.Evaluasi Pembelajaran IPS SD.Di akses dari
       http://karuniayeni.blogspot.com/2013/09/evaluasi-pembelajaran-ips-sd.html


[1] DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia
[2] Sardiman.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Hal.22 cet.18. Jakarta:Raja Grafindo Persada. 2011
[3] Syah,Muhibbin. Psikologi Pendidikan.Hal.90. Cet.18. Bandung:Remaja Rosdakarya. 2013
[4] Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Hal.232 Jakarta:Raja Grafindo Persada
[5] Slamento.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Hal.2. cet.ke-5. Jakarta: Bhineka Cipta. 2010
[6] Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal 99
[7] Achmadi, Moch. Ishom. 2007. Kaifa Nurobbi Abnaa Ana. Jombang: Samsara Press MMA BU. Hal 85
[8] DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 895
[9] Winkel, W.S.Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.Hal.226. Jakarta : Gramedia, 2007
[10] Winkel,W.S.Op.cit hal.26
[11] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Hal.5.Surabaya : Usaha Nasional, 1994
[12] Slameto.Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi.Hal. 60. Jakarta: Rineka Cipta. 2010
[13] Syah,Muhibbin. Psikologi Belajar. Hal. 91 Bandung:Remaja Rosdakarya.2008
[14] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. 1989.
[15] Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.1995.
[16] Mardia Hayati, M.Ag, Desain Pembelajaran, Pekanbaru, Yayasan Pustaka Riau,2009.hal.53
[17] Syah, Muhibbin 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya
[18] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002). h. 163
[19] Eko Putro widoyoko, Evaluasi Progam Pembelajaran.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h. 78-79
[20] Ibid. h. 79
[21] Suharsimi Arikunto, Op. Cit. h. 164
[22] Ngalim Purwanto, Prinsi-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1994). h. 38
[23] Ngalim Purwanto. Op. Cit. h. 35
[24] Eko Purwo Widoyoko, Op. Cit. h. 49
[25] Suharsimi Arikunto, Op. Cit. h. 166.
[26] Eko Purwo Widoyoko, Op. Cit. h. 49-50

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar